Home » » Bertawakal Kepada Allah Ataukah Kepada Perusahaan Asing

Bertawakal Kepada Allah Ataukah Kepada Perusahaan Asing

Written By Dwiki Irvan on Sunday, December 9, 2012 | 9:03 PM


Bismillahirrahmannirrahim..

Kaum muslimin yang berbahagia, beberapa saat yang lalu ada sebuah kisah yang diceritakan dari seorang da'i. Dikisahkan ada seorang suami yang bekerja di perusahaan asing. Dia bekerja di tempat tersebut sebagai akuntan. Perusahaan tersebut perusahaan asing dan besar, dengan gaji 30 juta. Hidupnya pun berkecukupan

Namun ada satu hal yang membuat hati nya tidak tenang di dalam pekerjaannya. Apa gerangan masalah tersebut? karena dalam perusahaan tersebut sulit mengerjakan sholat 5 waktu secara berjamaa'ah. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut perusahaan asing dan tidak mempedulikan tentang kewajiban sholat 5 waktu berjama'ah.  Perusahaan tersebut adalah perusahaan non muslim, karena setiap karyawannya akan dibebankan target untuk menyelesaikannya.

Pada suatu hari akhirnya, beliau mencurahkan hati kepada istri nya tentang masalah tersebut. Dengan bertanya :

"Dik, kita hidup secara berkecukupan tapi Saya tidak nyaman dengan dan tidak tenang"

"masalah apa itu mas?", Tanya Istri

"Masalah tidak bisa sholat berjama'ah 5 waktu secara berjama'ah di perusahaan tersebut, bagaimana menurut adik kalau saya keluar saja dari perusahaan tersebut?"

Karena istrinya adalah istri yang shalihah (InsyaAllah)

Lalu sang istri menjawab "Iya mas, saya dukung keputusan mas 100 %"

Sang suami sangat senang dengan jawaban sang istri yang mendukung keputusan dia.

Akhirnya sang suami meninggalkan pekerjaan yang menggiurkan dengan gaji 30 juta.

Sang suami membuka hidup lembaran baru. Dia berjualan apapun, dan subhanallah setiap dia memulai usaha nya, hasilnya pun seret.

Akhirnya pada suatu hari, dia ditawari sebagai sales CD akuntansi.

Seiring berjalannya waktu hari berganti hari sampai minggu berganti minggu, pada bulan pertama awal dia jualan, tidak ada CD yang terjual. Penghasilannya saat itu nol

Dia tetaplah sabar, dan sudah bertekad mencoba pada bulan kedua.

Dan ternyata nasib dia di bulan kedua juga sama, tidak ada barang yang terjual sama sama sekali

Dia mencoba di bulan ketiga, alhamdulillah ternyata nasibnya tidak jauh beda, tidak ada barang yang dia tawarkan terjual satu pun.

Selama 3 bulan berturut-turut tidak ada uang seperser pun yang masuk ke kantong dia.

Satu hal yang membuat dia kuat adalah walaupun pekerjaan nya terlalu berat, berbeda dengan zaman dia masih bekerja di perusahaan asing tersebut yang bekerja di ruang AC. Sekarang dia mesti harus berkeliling, kulitnya yang dulu putih sekarang menghitam.

Salah satu yang menguatkan dia, Selain karena taufik Allahu subhanahu wa Ta'ala, adalah karena begitu dia pulang dari keliling,dalam keadaan berkeringat masuk ke dalam rumah disambut seorang istri dengan senyuman manis, menyambut suaminya, memijat suaminya, dan menghibur suaminya. Dan sudah siap air hangat untuk mandi dan handuk yang sudah siap. Dia sangat kokoh pada prinsipnya.

Kalau boleh dikatakan penghasilannya selama 3 bulan adalah nol. Apabila dibandingkan dengan bekerja di perusahaan asing tersebut bisa mendapat 90 juta.

Sampai tiba suatu hari, ketika dia selesai sholat di sebuah masjid, dia merenung bagaimana memikirkan nasibnya

Tiba-tiba ada seorang bapak mendekatinya, lalu bertanya "Adik, kerja apa?"

Dia menjawab " saya jualan CD program akuntan'.

Bapak tersebut bertanya lagi, "Berarti adik bisa bikin laporan keuangan?"

"Ya bisa pak itu memang pekerjaan saya dulu di perusahaan asing".

"O gitu ya MasyaAllah. Dik saya ini lagi pusing, karena saya perusahaan tapi sampai saat ini belum punya pembukuan yang bagus. Sebentar lagi harus menyetor pajak. Bagaimana? adik bisa ga bikin?", Ujar Sang Bapak

"Oh insyaAllah saya bisa bikin", jawab dia

Lalu bapak tersebut menutu, "Kalau adik ini bisa bikin saya kasih 100 juta rupiah"

Dia terharu, rizki dia dalam 3 bulan dikumpulkan oleh Allah dalam 1 menit dan bahkan masih ditambah bonus 10 juta menjadi 100 juta

Akhirnya dia menjalankan dia bagus mengerjakannya, dan bapak itu puas akan hasil laporannya.
Setelah itu, pesanan pembuatan laporan keuangan perusahaan-perusahaan besar mengalir deras kepada orang itu, dan akhirnya membuka kantor akuntan bebas dengan karyawan 10 orang. Beberapa saat lalu, dia bercerita mendapatkan laporan keuangan senilai sekian milyar.

Kisah ini menjinggalkan pelajaran bagi kita, bahwa betawakal dan meniti jalan Allahu subhanahu wa Ta'ala tidak akan pernah merugikan seorang hamba.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (QS ath-Thalaaq:2-3).


Betapa banyak kisah-kisah tersebut semisal, sulit beribadah, tidak menjalankan syariat dengan kegiatan ribawi dan seterusnya.

Banyak pertanyaan, apakah saya bisa makan atau tidak dengan meninggalkan pekerjaan yang tidak sesuai syariat? anak istri bisa makan tidak?

Tanpa kita sadari kita betawakal bukan kepada Allah, hal ini yang membuat kita secara langsung bertawakal kepada perusahaan, Bank, bos. Kita kadang lupa bahwa yang dimiliki semua perusahaan, semua yang dimiliki oleh setiap manusia adalah milik Allahu subhanahu wa Ta'ala.

Seandainya ta'at demi mengejar keridhoan Allah, Allah akan ganti sesuatu yang lebih baik.

Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah Azza Wa Jalla kecuali Allah akan menggantikan bagimu apa yang lebih baik dari perkara tersebut bagimu ".Musnad Ahmad: 3/363, Al-Haitsami berkata di dalam kitab Mujma'uz Zawa'id 10/296: Ahmad meriwayaytkannya dengan sanad dan rijal dengan katagori shahih. Dan Saikh Albani menyebtkannya didalam Assilsilahtud daifah 1/62 bahwa sanadnya shahih dengan syarat Muslim
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaharui tawakal kita, ketergantungan kita, dan terus bertawakal kepada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu

Diambil Dari Kajian Ustadz Abdullah Zaen

Bandung, 10 Desember 2012






Share this article :

Post a Comment